Jumat, 24 September 2010

Summer dan Matahari

Lagi,
Untuk kedua kalinya Summer duduk dan merenung.
Masih di tempat yang sama.
Di ketinggian yang sama.
Di bangku yang sama.
Di jam yang sama,
Duduk..
Merenung..
Berkhayal..
Selalu kegiatan yang sama, tetapi dengan renungan dan khayalan yang berbeda.
Lagi,
Hari-harinya hanya ditemani oleh khayalannya, notes kecil usang kesayangannya, serta sebuah pena yang ia temukan saat 'berpetualang'.
Lagi.
Summer membisu dalam 'dunia'nya, menikmati sekitarnya dalam kesendirian, melakukan apa yang ingin ia lakukan, melangkah kemana kaki membawanya.
"Ini surgaku."
Bisiknya dalam hati.
Ya, memang tempat ini, tempat yang ia duduki saat ini adalah surganya.
Suatu tempat yang dari ketinggiannya, ia bisa melihat apapun yang ingin dia lihat.
Pohon, lampu kota, lalu lalang orang berjalan, mobil, rumah, awan, pesawat, apapun.
Apa saja.
Ia bisa menghirup udara sepuasnya, menangis sepuasnya, berteriak sepuasnya, tertawa sepuasnya.
Lagi,
Summer merenung.
Dalam dunianya, dia adalah matahari.
Tapi saat ini, sang matahari tak bisa bersinar bebas. Tertutup segumpal awan besar.
Oh, tidak! Bukan hanya segumpal awan besar, tetapi awan besar yang gelap!
Itu berarti hari ini akan hujan.
Hujan lagi??
"Mengapa harus hari ini..?",sesalnya dalam hati.
Semakin lama sinarnya pun semakin redup..
Sang matahari menghilang, digantikan hujan.

Hening..

Summer menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar